Entah, mungkin selama ini aku pikir Ibu adalah orang satu-satunya yang paling dekat denganku dan mempunyai sikap paling lembut terhadap anak-anaknya. Lagi-lagi aku tertegun, perasaan bersalah ini timbul malam itu. Aku pulang kerja, saat itu memang aku berhenti sejenak di perjalanan untuk shalat maghrib dan buka puasa. Ponselku memang hanya aku simpan di tas dan tidak sempat sms ke Ayah atau Ibu bahwa aku pulang terlambat.
Tanpa berpikir panjang lagi, setelah sholat aku melanjutkan perjalanan dengan sepeda motorku. Sesampainya di rumah, aku dibukakan pintu oleh Ayah yang ternyata sedari tadi menungguku pulang. Tampak mata yang berkaca-kaca pas aku melihat Ayah. Memang, beberapa hari ini, aku sering bercerita banyak hal dengan Ayah. Setelah menaruh tas sejenak, cuci kaki dan ganti baju, aku datang menghampiri Ayah sembari menyalimi tangannya, aku bilang ke Ayah bahwa aku pulang terlambat karena berhenti sejenak untuk shalat dan buka puasa. Aku sedikit bertanya, Ayah kenapa kok pas aku pulang kelihatan berkaca-kaca matanya dengan senyum. Ayah hanya bilang,, Ayah sedih kalau anaknya tersakiti. Deggg.. Disitu perasaan bersalahku. Aku diingatkan lagi bahwa Ayah itu memiliki kelembutan yang memang jarang disadari olehku. Aku berucap ke Ayah.. Yah,, maafin risna ya.. InsyaAllah aku kuat kok,, Aku kan anak Ayah.. :) Heuu ternyata Ayah orang yang melankolis juga.. :)
Ayah punya sisi kelembutan yang jarang aku perhatikan. Dari kecil, memang Ayah ngga pernah main fisik, memukul atau mencubit. Ayah orang yang begitu penyayang sesuai namanya. Kadang aku memang suka kesal sama Ayah, tetapi ternyata orang tua itu sangat menyayangi melebihi yang kita tahu. Beruntung memiliki orang tua seperti Ibu dan Ayah.. Semoga Allah selalu mencintaimu, Ayah.. Ibu.. Semoga kita dipertemukan di Syurga-Nya kelak. Aamiin..
Comments
Post a Comment