Bismillahirrahmanirrahim...
Teringat perkataan pembicara salah seorang penulis buku sekaligus direktur nielsen New york, Pak Iwan Setiawan
" Don't Be Average.. Must make added value in yourself..."
Tidak mudah menjadi orang yang memiliki motivasi kuat dan dengan segala tekad untuk mencapai sesuatu..
Kadang kala, memang segala sesuatu yang ada di dunia ini ada yang dinamakan "invisible hand" pengertian invisible hand ini bukanlah makna yang dilontarkan Adam Smith dengan teori ekonomi nya, namun Invisible Hand ini menurut saya adalah Ketetapan Allah Swt yang senantiasa berada dalam kehidupan, meski tidak dapat terlihat namun dapat dirasakan dengan keimanan.
Ada hal-hal yang tengah saya alami beberapa hari ini, dan hal-hal tersebut menjadi sebuah suatu kejadian yang memang menurut saya di sana ada ketetapan yang menjadikan hal tersebut terwujud.
Mulai dari kelulusan saya memperoleh Beasiswa GE-IIEF
dan kelulusan untuk mendapat amanah di TAMIMA
Hal-hal tersebut menjadi sebuah hadiah sekaligus ujian untuk saya..
Tidak tahu bagaimana dan asal muasalnya kelulusan itu ada tanpa "Invisible hand"..
Namun,,,
Segala hal yang diperoleh harus selalu menjadi kesyukuran dan itulah titipan dari Allah SWT.
Dari hal tersebut, teringat pula ketika di hari jum'at ada seminar bedah buku oleh seseorang yang menginspirasi yaitu pak iwan alumni MIPA IPB yang berhasil menjadi direktur Nielsen New York. adalah salah seorang dari orang-orang yang memperoleh kesuksesan dan disana juga ada invisible hand..
Sekilas cerita beliau yang menulis 9 summer 10 autumn..
Dia adalah salah seorang anak yang dilahirkan bukan dari keluarga kaya..
Bapaknya seorang supir Angkot di daerah malang.
Orang yang sangat takut bermimpi besar dan sangat minder sebelumnya ini.. berhasil mengobarkan api dalam jiwanya yang merasa tidak mampu..
Ia sangat takut untuk menjadi supir angkot seperti bapaknya..Cita-cita pertamanya adalah memiliki kamar sendiri,, ya...menjadi keinginan yang sangat uniknya, selama ia tinggal bersama keluarganya, seluruh kegiatannya dilakukan dalam satu atap rumah dan satu lahan yang sempit.
Keinginan memiliki kamar sendiri itulah menjadi sebuah tekad kuatnya agar merubah hidupnya yang ketika itu doanya terwujud saat kelulusan SMA tiba. PMDK menjadi jalan baru untuk meloncat kepada cita-citanya..
Keinginan untuk kuliah sangat kuat. Namun ditengah keinginan kuatnya itu, ada kesulitan untuknya bagaimana membiayai kuliahnya itu..Ibunya hadir menjadi wonder woman..Pak iwan mengatakan
My mother not have high education...
But She have intellectuality lighted..
When crisis, people respond to their habit..but My mother make a choice..
IBunya pak iwan bukanlah orang yang berpendidikan tinggi namun dengan intelektualnya disinari,,,
dan sebagian kehidupan yang dialami pak iwan di tengah lingkungan para supir Angkot, kebanyakan mereka anak-anaknya melanjutkan untuk menjadi supir angkot.. Namun Ibu pak iwan berani memilih menjual angkot untuk pendidikan anaknya..
Akhirnya pak iwan pun berkuliah di IPB dan menjadi mahasiswa terbaik dan bekerja di Nielsen.
Singkat cerita banyak pengalaman yang dialami pak iwan mulai di kampusnya dan teman-temannya. Kini ia bekerja di New york menjadi direktur nielsen..
Pak iwan pun 3 bulan cita-cita pertamanya dapat dicapai untuk memiliki kamar sendiri,,
dan selanjutnya banyak pengalaman bersama bawahan dari berbagai negara.
Hal tersebut menjadi tantangan beserta pengalamannya..
Everything is possible.. if we brave to realize it!!
Salam sukses..
This My Way...Shotul Harakah
Teringat perkataan pembicara salah seorang penulis buku sekaligus direktur nielsen New york, Pak Iwan Setiawan
" Don't Be Average.. Must make added value in yourself..."
Tidak mudah menjadi orang yang memiliki motivasi kuat dan dengan segala tekad untuk mencapai sesuatu..
Kadang kala, memang segala sesuatu yang ada di dunia ini ada yang dinamakan "invisible hand" pengertian invisible hand ini bukanlah makna yang dilontarkan Adam Smith dengan teori ekonomi nya, namun Invisible Hand ini menurut saya adalah Ketetapan Allah Swt yang senantiasa berada dalam kehidupan, meski tidak dapat terlihat namun dapat dirasakan dengan keimanan.
Ada hal-hal yang tengah saya alami beberapa hari ini, dan hal-hal tersebut menjadi sebuah suatu kejadian yang memang menurut saya di sana ada ketetapan yang menjadikan hal tersebut terwujud.
Mulai dari kelulusan saya memperoleh Beasiswa GE-IIEF
dan kelulusan untuk mendapat amanah di TAMIMA
Hal-hal tersebut menjadi sebuah hadiah sekaligus ujian untuk saya..
Tidak tahu bagaimana dan asal muasalnya kelulusan itu ada tanpa "Invisible hand"..
Namun,,,
Segala hal yang diperoleh harus selalu menjadi kesyukuran dan itulah titipan dari Allah SWT.
Dari hal tersebut, teringat pula ketika di hari jum'at ada seminar bedah buku oleh seseorang yang menginspirasi yaitu pak iwan alumni MIPA IPB yang berhasil menjadi direktur Nielsen New York. adalah salah seorang dari orang-orang yang memperoleh kesuksesan dan disana juga ada invisible hand..
Sekilas cerita beliau yang menulis 9 summer 10 autumn..
Dia adalah salah seorang anak yang dilahirkan bukan dari keluarga kaya..
Bapaknya seorang supir Angkot di daerah malang.
Orang yang sangat takut bermimpi besar dan sangat minder sebelumnya ini.. berhasil mengobarkan api dalam jiwanya yang merasa tidak mampu..
Ia sangat takut untuk menjadi supir angkot seperti bapaknya..Cita-cita pertamanya adalah memiliki kamar sendiri,, ya...menjadi keinginan yang sangat uniknya, selama ia tinggal bersama keluarganya, seluruh kegiatannya dilakukan dalam satu atap rumah dan satu lahan yang sempit.
Keinginan untuk kuliah sangat kuat. Namun ditengah keinginan kuatnya itu, ada kesulitan untuknya bagaimana membiayai kuliahnya itu..Ibunya hadir menjadi wonder woman..Pak iwan mengatakan
My mother not have high education...
But She have intellectuality lighted..
When crisis, people respond to their habit..but My mother make a choice..
IBunya pak iwan bukanlah orang yang berpendidikan tinggi namun dengan intelektualnya disinari,,,
dan sebagian kehidupan yang dialami pak iwan di tengah lingkungan para supir Angkot, kebanyakan mereka anak-anaknya melanjutkan untuk menjadi supir angkot.. Namun Ibu pak iwan berani memilih menjual angkot untuk pendidikan anaknya..
Akhirnya pak iwan pun berkuliah di IPB dan menjadi mahasiswa terbaik dan bekerja di Nielsen.
Singkat cerita banyak pengalaman yang dialami pak iwan mulai di kampusnya dan teman-temannya. Kini ia bekerja di New york menjadi direktur nielsen..
Pak iwan pun 3 bulan cita-cita pertamanya dapat dicapai untuk memiliki kamar sendiri,,
dan selanjutnya banyak pengalaman bersama bawahan dari berbagai negara.
Hal tersebut menjadi tantangan beserta pengalamannya..
Everything is possible.. if we brave to realize it!!
Salam sukses..
This My Way...Shotul Harakah
Comments
Post a Comment