Bismillahirrahmanirrahim...
Disuatu siang yang diguyur hujan cukup deras membuatku enggan keluar dari sebuah pusat perbelanjaan di Balubur Town Square,, disana aku bersama tiga temanku yang berniat untuk mengerjakan Usulan Penelitian sambil mencari wifi di sekitarnya tergoda untuk ke lantai bawah. Pas jalan- jalan di lantai satu, kudapati ada buku-buku yang tersusun pada sebuah lapak buku yang sederhana. Seketika itu, salah seorang sahabatku dina yang tengah jalan bersamaku, menunjukkan ditumpukan buku-buku tersebut ada sebuah buku yang filmnya tengah fenomenal saat itu yaitu "Habibie-Ainun". Pikiranku tergerak untuk mendekati tumpukan buku yang dijual di tempat itu, dan saat itu aku tengah beruntung mendapatkan buku "Habibie-Ainun" dengan harga yang cukup miring dan lebih murah dibandingkan buku yang Dina beli di sebuah toko buku ternama. (hehe,, maaf ya dina )
Pada kesempatan kali ini, ingin menceritakan sedikit tentang resensi buku "Habibie- Ainun". Penasaranku terlegakan karena meskipun sampai saat ini belum sempat nonton film nya di bioskop, akhirnya ku putuskan untuk membaca novelnya. Mungkin, dengan membacanya akan lebih mampu membayangkan dan meresapi kisahnya lebih dalam,pikirku saat itu.
Benar saja, setelah membaca buku tersebut rasanya terbalaskan kerinduanku selama ini yang sudah jarang membaca novel. Perasaan campur aduk, sedih,kagum sekaligus bahagia,, aku pun memperoleh hikmah dari serangkaian kisah mereka berdua. Ibu Ainun,, seorang dokter mata yang memiliki kepribadian lembut, keibuan serta sangat mandiri dalam mengurusi rumah tangga nya menjadi sosok yang amat dicintai suaminya, Pak Habibie.Kisah cinta yang melukiskan sejarahnya, meskipun dalam buku tersebut sangat banyak kata-kata ilmiah yang berkaitan dengan penelitian dan pekerjaaan Pak Habibie, tidak mengurangi unsur nasihat dari sebuah rumah tangga yang mereka bangun mulai dari awal hingga pada akhirnya puncak kegemilangan Pak Habibie dan istrinya yang senantiasa mendampingi dalam suka dan duka.
Sosok Ibu Ainun yang dikatakan Pak Habibie sebagai manunggal jiwa, dan selalu dikatakan senyumnya senantiasa menenangkan, membawa alam pikiranku membayangkan sosok ibu, Ustadzah Yoyoh Yusroh dan Siti Khadijah. "Dibalik laki-laki hebat disana ada wanita yang hebat" kutipan kalimat yang diucapkan oleh Pak Habibie itu menjadi sebuah makna tersirat bahwa, memang Allah SWT menciptakan laki-laki dan wanita untuk saling tolong menolong dan melengkapi satu sama lain. Di tengah kesibukan Pak Habibie dengan pekerjaannya, sosok Ibu Ainun yang tak pernah mengganggu dengan segala masalah rumah, membuatnya menjadi seorang Ibu rumah tangga yang terbayang dalam pikiranku sebagai Wanita yang sungguh mandiri, sangat memerhatikan suaminya, tidak ingin membuat suaminya terganggu dan yang lebih penting peran Ibu Ainun ini membuatku kagum memiliki multi peran dalam keluarganya.
Kisah cinta yang melukiskan sejarah, dari buku yang sederhana ini, saya yakin di setiap rumah tangga orang tua kita pun sangat memiliki keunikan dan hikmah yang dapat diambil pelajaran. Sosok wanita yang emmang lebih cenderung menggunakan hati dan perasaan akan bisa bertahan dalam teriknya perbedaan kala harus melengkapi dan menjadi pendamping suami dalam rumah tangga. Mengutip nasihat dari Ibu,, Wanita itu harus cerdas, sabar dan penyayang, dan yang paling penting dan utama harus memiliki iman yang kuat dan rajin beribadah untuk bisa bertahan dalam rumah tangga. Karena dari sebuah rumah tangga akan banyak ujian-ujian yang ada, dan orang yang senantiasa memegang teguh keimanan dan yakin kepada Allah swt, tak akan pernah kecewa.
" Sebaik-baik perhiasan di dunia, yaitu wanita shalihah.." Semoga kita bisa sama-sama belajar dan menjadi wanita shalihah tersebut. Aamiin ya Robb...
Subhanallah... pada akhirnya semua pun proses, proses belajar dan belajar perlu kesabaran. SemangKA!!
Bismillah.. Hamasah!!
Comments
Post a Comment