Menarik, mengamati talk show di TV One, dalam acara " Apa Kabar Indonesia" akhir pekan. Pembahasan kali ini tentang kondisi banjir yang tengah terjadi di Jakarta. Perbincangan ini mengundang tiga orang narasumber, Pak Gagah Prakoso , Kepala Basarnas ( Badan SAR Nasional) , Pak Firdaus, dan salah seorang ibu dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bancana), berdasarkan perbincangan yang berlangsung, diperoleh beberapa berita tentang perkembangan banjir yang terjadi, hal yang ingin disoroti disini adalah kita mengetahui bahwa bencana banjir yang terjadi ini bukanlah kondisi yang baru terjadi di wilayah Jakarta. Setiap musim hujan , Jakarta dan beberapa wilayah di Indonesia, mengalami kebanjiran. Masalah banjir ini menjadi masalah yang terus menerus terjadi dan lagi-lagi solusi masih belum benar-benar menyelesaikan sampai akhir.
Disini, perlu diperhatikan, masyarakat yang menghadapi kondisi banjir tahunan ini tidak boleh terus menerus berpasrah pada keadaan yang terjadi begitu saja. Namun yang ditangkap dari perbincangan pagi ini adalah bagaimana edukasi menjadi hal penting untuk masyarakat Indonesia dalam menghadapi permasalahan bencana alam, salah satunya kondisi banjir yang tengah terjadi sekarang. Lagi-lagi edukasi, mungkin beberapa orang akan berpikir kalau udah kejadian seperti ini, rasanya tak perlu lagi membicarakan secara teori apalagi pendidikan. Ya.. memang inilah yang menjadi faktor penghambat masyarakat untuk berpikir jauh dan luas menghadapi permasalahan yang ada.
Kenapa perlu edukasi terhadap bencana?
Belajar dari bencana banjir yang melanda kota DKI Jakarta, diperoleh fakta sampai hari ini ( 19/01/2013) korban bencana banjir di Jakarta telah menewaskan 14 jiwa ( Info Basarnas) , selain itu ada kejadian para lansia mengalami kedinginan karena banyak masyarakat yang tidak ingin dievakuasi ke tempat pengungsian, bahkan ada kejadian rumah warga yang terbakar di tengah banjir yang disebabkan api lilin warga yang enggan dievakuasi ( Breaking News TV One), dan bahaya tersetrum listrik akibat banjir yang meluap ke rumah-rumah. Kesulitan evakuasi dan kerusakan yang terjadi akibat banjir ini karena kurangnya edukasi masyarakat khususnya warga yang tinggal di daerah rawan banjir.
Fakta yang diperoleh dari berita di stasiun televisi ini menyadarkan bahwa masih sangat kurang pemahaman masyarakat dalam menghadapi permasalahan bencana alam di Indonesia. Kondisi Jakarta, yang diperoleh dari salah seorang tokoh yang kemarin sempat didengar pada berita sore TV One ( 18/01/2013). Ia menyatakan bahwa DKI Jakarta dari segi geografinya, mengalami penurunan permukaan tanah setiap tahunnya berkisar antara 8-10 cm. Kondisi wilayah yang rendah ditambah sanitasi lingkungan terutama sampah yang menumpuk sudah pasti menyumbat saluran pembuangan air kotor dan sungai-sungai kotor sudah dapat diprediksi ketika hujan lebat turun, maka akan terjadi banjir. Di sinilah harus ada upaya yang dilakukan dalam upaya memahamkan masyarakat dan menyadarkan masyarakat untuk bersama-sama memberikan solusi konkrit agar tidak hanya menyalahkan pemerintah, namun ikut turut dalam pembangunan bangsa.
Edukasi terhadap warga masyarakat yang mengalami kebanjiran ini, berupa sosialisasi ke masyarakat bagaiamana harus bersikap ketika menghadapi kondisi banjir. Kebanyakan masyarakat ketika turun hujan di wilayah yang rawan banjir, tidak langsung mengevakuasikan dirinya ke tempat yang lebih tinggi atau pun ke posko-posko pengungsian, contohnya saja, yang saya dengar dari penuturan salah seorang warga yang mengalami kebanjiran, bernama pak Toni ( Warga daerah Pulo, jakarta) menelpon ke talkshow Apa Kabar Indonesia TV One mengaku dia tengah menelpon di loteng rumahnya dan mengabarkan kondisi di sana air yang meluap setinggi dada orang dewasa. Ketika ditanya oleh presenter mengapa tidak pindah ke tempat pengungsian, Bapak tersebut mengatakan masih bisa terjangkau di rumahnya. Disinilah ada rasa kenyamanan dan merasa lebih baik tinggal di rumahnya sembari menjaga harta benda di rumahnya. Padahal sebenarnya banjir tersebut membahayakan dirinya, mulai dari penyakit yang ditimbulkan dari air kotor di banjir, bahaya listrik yang bisa menyetrum, dan air yang terus meluap membahayakan kondisi pemilik rumah. Selain itu edukasi yang diperlukan pasca banjir bisa menyadarkan masyarakat untuk menjaga sanitasi lingkungan, tidak membiasakan membuang sampah sembarangan, membersihkan saluran-saluran air yang menyebabkan tersumbat aliran air, dan tidak merusak area hijau penahan air hujan. Kalaau kata pak Jokowi, jika sudah musim kering harus ada action yang konkrit, real agar masyarakat segera bisa mengatasi masalah ini untuk di selanjutnya. Jika kesadaran masyarakat telah terbentuk dengan baik, permasalahan yang diatasi tentu akan mudah kedepannya. Hal ini diimbangi dengan kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah bencana yang terjadi di Indonesia dengan hukum tegas membuang sampah sembarangan, serta sikap tegas untuk masalah tata kelola kota jakarta terutama masalah saluran pembuangan air kotor dan sungai. Pada akhirnya, Mau atau tidaknya melakuakan solusi tersebut kembali lagi kepada seluruh elemen masyarakat. Karena masalah ini tidak bisa dilakukan hanya satu dua orang saja, namun seluruhnya. Mengingatkan betapa penting kebersamaan dan gotong royong antar masyarakat untuk bisa mengatasi masalah yang ada.
Comments
Post a Comment